Rabu, 31 Desember 2008

Suriah-Turki Peringatkan Reaksi Berbahaya atas Agresi Israel

DAMASKUS--Suriah dan Turki, Rabu, memperingatkan mengenai reaksi berbahaya atas agresi Israel yang berlanjut ke Jalur Gaza terhadap keamanan dan kestabilan di wilayah itu, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.
Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan peringatan tersebut selama satu pertemuan di ibukota Suriah, Damaskus.
Dalam pertemuan itu, mereka membahas pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan cara untuk menghentikan pertumpahan darah di kalangan rakyat Palestina, mencabut sanksi dan membuka tempat penyeberangan.
Bashar dan Erdogan menganggap "agresi Israel itu terhadap Jalur Gaza telah menghancurkan semua upaya yang dilancarkan guna mewujudkan perdamaian di wilayah itu".
Mereka menambahkan, "Tak mungkin untuk berbicara mengenai perdamaian mengingat sikap keras kepala Israel."
Mereka mendesak negara Arab untuk memikul tanggung-jawab mereka dengan cara menjamin pengiriman semua keperluan hidup dan medis buat rakyat di Jalur Gaza, terutama korban kejahatan Israel.
Mereka "menggaris-bawahi perlunya negara Arab dan Islam bertindak dan memaksa Israel segera menghentikan pembantaian yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina yang tak bersenjata", demikian antara lain isi laporan mengenai pertemuan kedua pemimpin Timur Tengah itu.
Kedua pihak juga menggaris-bawahi perlunya untuk melanjutkan kerjasama dan koordinasi antara kedua negara guna mengakhiri penderitaan rakyat Palestina dan mengirim bantuan bagi keluarga yang terkepung di Jalur Gaza.
Mereka juga menyampaikan penghargaan atas gerakan rakyat Arab, negara Islam dan dunia guna mendukung rakyat Jalur Gaza dan mengakhiri agresi keji Israel.
Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, menghadapi serangan udara gencar Israel untuk hari kelima berturut-turut Rabu.
Sejak Sabtu lalu, serangan udara gencar terhadap Jalur Gaza telah menewaskan sebanyak 400 orang Palestina dan melukai 2.000 orang lagi.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Turki Ali Babacan mengatakan Turki secara resmi mengakhiri upaya guna mengadakan pembicaraan perdamaian antara Israel dan Suriah di tengah serangan Israel ke Jalur Gaza.
Seorang pejabat senior Suriah dilaporkan mengatakan pada Ahad bahwa Suriah telah menghentikan pembicaraan perdamaian tak langsung dengan Israel sebagai reaksi atas serangan Israel ke Jalur Gaza.
Pada Mei, Suriah dan Israel, yang secara teknis masih berada dalam kondisi perang sejak konflik pertama Arab-Israel pada 1948, memulai pembicaraan tak langsung melalui Turki, setelah perundingan langsung terhenti delapan tahun lalu sehubungan dengan masalah rumit Dataran Tinggi Golan.
Setelah empat babak perundingan, proses tersebut telah terhenti sejak Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengumumkan pada Juli ia akan meletakkan jabatan sehubungan dengan tuduhan korupsi.
Suriah menjadi persinggahan pertama kunjungan Erdogan ke empat negara Timur Tengah.
Sebelum kunjungannya, ia mengatakan kepada wartawan bahwa Turki sangat prihatin dengan perkembangan di Jalur Gaza sejak operasi keji itu dimulai pada Sabtu (27/12) dan tujuan lawatannya ialah "untuk membantu menghentikan perkembangan berbahaya itu".
Erdogan dijadwalkan mengunjungi Jordani setelah meninggalkan Suriah, dan direncanakan bertemu dengan Raja Abdullah II serta Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Erdogan kemudian akan pergi ke kota pelancongan Laut Merah Mesir, Sharm esh-Sheikh, guna mengadakan pembicaraan dengan Presiden Hosni Mubarak.
Ia juga dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi untuk membahas perkembangan saat ini di wilayah tersebut dengan Raja Abdullah bin Abdel-Aziz. ant/fif

Tidak ada komentar: