Selasa, 02 Juni 2009

Surat Anak Palestina (1)

Palestina Takut? No Way

Selama serangan Zionis, perasaanku adalah sebagaimana layaknya perasaan seorang remaja, seorang pemuda, seorang anak, atau seorang wanita dari anak-anak bangsa yang tengah menderita ini (Palestina— pent). Di satu sisi, dalam diriku tidak ada rasa takut, khawatir, atau cemas. Karena aku meyakini bahwa apa pun yang telah ditulis oleh Allah pasti akan terjadi. Kami adalah kaum yang mengimani Allah dengan sebenar-benar keimanan, termasuk mengimani takdir dari Allah. Karena itu, segala sesuatu yang menimpa kami, pasti terjadi. Dan setiap sesuatu yang telah ditakdirkan bagi kami, itulah yang diridhai oleh Allah.




Di sisi lain, aku juga merasa kesepian dan merana. Bahkan merasa terasing, karena harus berpisah dari semua yang kami cintai. Namun, kadang muncul juga rasa bahagia dan gembira, karena mereka telah menggapai kemenangan sebagai seorang syahid di mata Allah. Aku sendiri sudah sekian lama berharap untuk menjadi seorang syahid. Mati sebagai seorang syahid adalah cita-citaku yang paling indah.

Dalam kamus anak-anak Palestina tidak ada rasa takut. Karena kalau ada rasa takut, niscaya kalian tidak akan pernah bisa menyaksikan eksistensi kami sampai hari ini. Sekali lagi, rasa takut tidak ada dalam kamus kami, anak-anak Palestina!

Semoga Allah dan harapan bangsaku pada umumnya adalah agar Allah menghancurkan musuh ini, dan mengusirnya dari tanah airku, tanah air nenek-moyangku, dan tanah air leluhur kami. Semoga Allah juga menjadikan mereka (kaum Zionis Yahudi) bangsa yang terjajah, terusir dari tanah airnya sendiri, sebagaimana mereka telah mengusir kami dari tanah air kami.

Aku tidak mengharapkan apa pun dari dunia internasional dan dunia Islam, selain solidaritas terhadap saudara-saudara mereka yang tengah menderita. Dulu aku pernah menaruh harapan kepada pemerintahan mereka. Namun tak ada kepedulian apa pun dari mereka, karena pemerintahan mereka sendiri adalah zalim. Mana mungkin berharap cahaya muncul dari malam yang gelap gulita.

Untuk masa depan, sebenarnya aku memiliki banyak obsesi. Pertama agar banjir darah ini segera berhenti. Kedua adalah aku bisa shalat dua rakaat di kampung Yafa, sebuah tempat di mana aku diusir darinya. Ketiga, agar bumi yang dirampas oleh Yahudi segera kembali ke pangkuan kami dalam keadaan suci serta bersih dari kotoran Yahudi. Keempat, aku bisa shalat di Masjid al Aqsa. Kelima, aku berharap bisa bertemu dengan orang-orang yang kucintai. Keenam, aku bisa mengqadha segala yang tertinggal. Ketujuh, semoga para tawanan bisa segera kembali.

Sekarang, setelah serangan Yahudi berhenti, perasaanku campur aduk. Aku merasakan aura kemenangan yang telah ditunggu-tunggu; aku merasakan kehancuran yang telah merenggut jiwa 1.600 syuhada, 5.000 orang terluka, dan berpuluh-puluh orang yang dikeluarkan dari reruntuhan dan puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan Yahudi; aku merasakan keindahan dari pemandangan bagian-bagian tubuh yang tercerai-berai dan menganga; dan aku juga merasakan kejahatan kaum Yahudi. Kejahatan itu telah menumbuhkan rasa dendam untuk mengembalikan senyuman indah dari anak-anak negeriku.


Muhammad Al-Amin Emad Umayyah Al-Haririy (16 tahun)

Korban Blokade Gaza Terus Bertambah hingga 337 jiwa Print E-mail

Gaza- Sumber-sumber kesehatan Palestina menginformasikan terus meningkatnya jumlah korban dari kalangan orang sakit menjadi 337 jiwa sejak diberlakukannya blokade semena-mena Israel terhadap Jalur Gaza.


Sumber-sumber tersebut menyebutkan bahwa seorang warga bernama Sirriyyah Sarhan dari perkampungan Az zawiyah di pusat kota Gaza, telah bergabung bersama kafilah syuhada yang menghembuskan nafas terakhir karena dihalang-halangi Zionis Israel untuk berobat di luar Gaza. Hal ini terjadi karena ditutupnya pintu-pintu perbatasan dan blokade yg diberlakukan Israel terhadap Gaza.



Ancaman serupa masih akan terus menghantui para penderita sakit kronis yang seharusnya segera dilarikan ke luar Gaza, namun pihak Israel tidak memberikan surat ijin keluar bagi mereka.

Rabu, 25 Maret 2009

“Aku Tidak Dapat Berjalan Lagi”

Dentuman meriam mungkin telah pergi, tubuh-tubuh korban telah dikuburkan, puing-puing reruntuhan mulai dibersihkan, tetapi, serangan biadab Israel selama 22 hari banyak meninggalkan goresan bagi penduduk Gaza, fisik dan psikologi.

“Aku tidak akan pernah berjalan lagi,” ujar Ruba Hamid, 8, yang mengatakan hal tersebut di atas tempat tidurnya di RS. Asy Syifa.

Air matanya pun tertumpah saat ia menyaksikan di TV, banyak dari anak-anak seusianya yang kehilangan kaki, tangan, bahkan kedua-duanya akibat bombardir yang dilakukan Israel.
“Aku tidak dapat bermain lagi,” rengek Ruba.

Kedua kaki Ruba harus diamputasi setelah terkena bom Israel.

Menurut keterangan para dokter, ribuan penduduk Gaza, banyak diantaranya adalah anak-anak, telah kehilangan anggota badan mereka karena luka yang sangat parah yang mengharuskan dilakukannya amputasi.


Dr. Mo’aweya Hasanein, Kepala Ambulan dan Unit Gawat Darurat di Gaza mengatakan dirinya menaksir 14 persen dari 5.000 korban luka mengalami cacat seumur hidup.

“Dan angka-angka tersebut meningkat setiap harinya, setiap hari ada saja pasien yang kehilangan satu mata, satu tangan, satu kaki,” ia menambahkan.

Seluruh dokter di Gaza, menyimpulkan, luka-luka yang terjadi di tubuh korban adalah luka yang tidak normal, akibat penggunaan senjata kontroversi oleh tentara Israel.

Dr. Mads Gilbert dari Norwegia, yang bekerja di RS Asy Syifa, Gaza, sejak minggu pertama agresi militer Israel, meyakini Israel telah menggunakan Dime yang mengakibatkan tubuh-tubuh korban harus diamputasi satu demi satu.

Berjalan di sekitar RS. Asy Syifa, engkau akan mendengar pekikan dari mereka yang telah tersadar dan mendapatkan tubuh mereka kehilangan anggota badannya.

Tetapi di ruangan Hani, hanya ada kesunyian.

Gadis berusia 23 tahun ini telah kehilangan kedua kakinya akibat serangan misil Israel di rumahnya.

Matanya menatap kosong ke depan, dan sejak berada di rumah sakit, ia tidak pernah berbicara sepatah katapun. Kadang-kadang air mata meleleh di pipinya.

“Ia tidak ingin menemui siapapun,” ujar Ibu dari Hani seperti yang dilansir Islamonline.

“Para dokter mengatakan, ia mengalami gangguan psikologis,” ia menambahkan.

Tidak hanya Ruba dan Hani, seluruh korban invasi kejam Israel selama lebih dari tiga pekan, menyimpan pertanyaan dalam pikiran mereka :

“Apa yang telah saya lakukan sampai Israel melakukan ini padaku?” (Hanin Mazaya/arrahmah.com)

Selasa, 10 Februari 2009

Pelanggaran yang Telah Dilakukan Israel Terhadap Al Aqsha Sejak 1965

Pelanggaran yang Telah Dilakukan Israel Terhadap Al Aqsha Sejak 1956
Laporan yang dirilis oleh Office of the Press bekerjasama dengan Lembaga Al Aqsha untuk wakaf dan peninggalan mengatakan bahwasanya sejak Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967 telah dilakukan serangkaian penggalian yang mencapai tiga puluh buah, yang mencakup pembangunan terowongan dan pembongkaran yang sebagian besarnya dilakukan terhadap Masjid Suci Al-Aqsa, dan menghadapi resiko keruntuhan.

Menurut laporan, yang baru-baru ini diambil oleh "Islam Online. Net," bahwa setelah penjajahan Al Quds sampai abad terakhir, Israel telah melakukan lebih dari 12 penggalian terowongan, pembongkaran, yang sebagian besarnya dilakukan di bawah masjid Al Aqsha.

Sejak tahun 2004 hingga 2009 penggalian tidak pernah berhenti, namun ada beberapa rahasia yang berhasil diungkapkan; lebih dari 15 penggalian, terowongan dan pembongkaran, yang baru-baru ini terbongkar oleh Lembaga Al Aqsha untuk wakaf dan peninggalan pada 5/2/2009. Dan ada upaya Israel untuk menggali terowongan baru di sebelah kiri mesjid ‘Ein Silwan’ selatan Masjid Al-Aqsha, yang dibiayai oleh lembaga kolonisasi "Elad".

Berikut diantara penggalian dan penghancuran Israel yang paling menonjol di Al-Quds sejak tahun 1967:

1 – Penghancuran komplek Al Magharibah:

Menggunakan bulldozer, Israel menghancurkan komplek Al Magharibah yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa bagian barat daya, dan komplek ini, termasuk dua masjid dan 135 rumah, merupakan benteng dari masjid yang menempel dengan Tembok ratapan, dan merupakan bagian integral dari masjid Al-Aqsha.

Kawasan ini sekarang berubah menjadi halaman berlantai beton yang digunakan sebagai tempat upacara-upacara keagamaan Yahudi di Tembok Buraq (yang mereka sebut tembok ratapan), serta dijadikan sebagai parkir bagi para wisatawan, dan menjadi pos pemeriksaan dan kontrol keamanan.

2 - Penggalian selatan Masjid Al-Aqsha (1967 - 1968):

Terbentang sepanjang 70 m di dinding selatan komplek Al Quds, atau di belakang masjid Al-Aqsa, masjid An Nisa dan Museum Islami. Kedalaman penggalian mencapai 14 m, menghadapi bahaya yang mengancam keretakan dinding selatan dan bangunan Masjid Al-Aqsa.

3 – Penggalian Kampung Syarif (1967 - 1968)



Israel memanfaatkan keuntungan dari situasi kampung Arab yang hancur sejak 1948, dan setelah penjajahan Al Quds mereka mengaku sebagai pemiliknya. Padahal mereka tidak menemukan peninggalan apapun selain bagian kecil dari tembok lebar yang mereka akui sebagai peninggalan Raja Hezekiyah yang mereka katakan sebagai keturunan Nabi Dawud.
Setelah itu Israel membuat kampung Al Quds menjadi rumah-rumah batu yang desainnya tidak relevan dengan peninggalan sejarah manapun, dan terus meningkat signifikan; tujuannya untuk menguasai komplek masjid Al Aqsha di sebelah barat, dan kemudian ditempati oleh keluarga-keluarga Israel.
4 – Penggalian Barat daya Masjid Al-Aqsa (1969):
Terbentang menghadap utara sepanjang 80 meter hingga pintu Al Magharibah, lewat di bawah sekumpulan bangunan Islami yang merupakan bagian sudut al fakhriyyah (Markaz Imam Syafii dan jumlahnya 14) yang sudah retak semuanya, yang kemudian dimusnahkan menggunakan buldozer oleh para penjajah dan diungsikan penduduknya.

Mesir Menahan Bantuan Kemanusiaan

Pejabat Pemerintahan Otoritas Palestina di Jalur Gaza menjelaskan, sebanyak 28 warga Palestina yang tengah menjalani perawatan medis di Mesir telah kembali masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah.

Sejumlah Delegasi Jalur Gaza juga telah mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk melewati penyeberangan Rafah yang ditutup total semenjak Kamis, (05/02) lalu. Saat ini, satu-satunya jalur yang bisa dilalui menuju Jalur Gaza adalah Penyeberangan Karem Abou Salem yang berada di wilayah Israel.

Juru bicara resmi Bidang Administrasi Umum di Kantor Imigrasi Gaza, Adil Za`rab mengatakan bahwa Pemerintah Mesir masih bersikukuh menutup penyeberangan Rafah, dan belum memperkenankan evakuasi para korban dari Jalur Gaza atau mengembalikan warga Gaza yang telah usai menjalani perawatan medis di beberapa rumah sakit di Mesir untuk kembali ke negerinya.

Gubernur Propinsi Sinai Utara, Jendral Muhammad Abul Fudail Syausyah, mencoba meyakinkan masyarakat internasional bahwa pihaknya telah membuka penyeberangan Rafah untuk keperluan kemanusiaan. Pernyataan tersebut disampaikan Abul Fudail (08/02) saat mengunjungi Kota Arisy –sekitar 40 km dari penyeberangan Rafah-yang kini masih menampung 12 ton bantuan kemanusiaan internasional yang akan ditujukan ke Jalur Gaza. Dan bantuan-bantuan itu masih tertahan di Kota Arisy, menunggu keluarnya izin masuk oleh Israel melalui dua penyeberangan lain yaitu Aujah dan Karem Abou Salem.

Berdasarkan laporan penduduk Palestina yang berdomisili di perbatasan Rafah-Mesir dijelaskan, bahwa Penyeberangan Rafah Ahad (08/01), tetap dalam kondisi tertutup, semenjak hari Kamis (05/02), Rafah belum pernah dibuka, baik untuk masuknya bantuan kemanusiaan atau pun relawan.

Sumber lainnya dari stasiun TV Aljazeera menyebutkan, bahwa selama empat hari ini penyeberangan Rafah masih tertutup untuk bantuan kemanusiaan. Warga Gaza yang masih berada di Mesir dan ingin secepatnya kembali menemui keluarga mereka di Gaza, hingga kini juga masih tertahan, hal yang sama juga dialami oleh para relawan medis, wartawan, dan aktivitis HAM. Hanya Delegasi Runding Hamas yang dizinkan melewati Penyeberangan Rafah pada hari Ahad kemarin.

Seorang relawan yang minta dirahasiakan namanya mengaku kesal, karena tidak dibolehkannya Relawan Bulan Sabit Merah (BSM) Turki melewati Penyeberangan Rafah oleh pihak imigrasi Mesir. Rencananya BSM Turki akan menyalurkan bantuan dua unit ambulan ke Jalur Gaza. Bahkan pintu penyeberangan Karem Abou Salem pun yang awalnya direkomendasikan menjadi alternatif masuk ke Gaza juga tidak memberikan izin kepada BSM Turki.

Hal yang sama dialami Aktivis Int`l Islamic Relief Organisation, Lembaga Bantuan Islam Internasional, yang bermarkas di London. Lembaga ini juga berencana menyumbangkan dua unit kendaraan sipil untuk warga Jalur Gaza, namun rencana itu masih belum terealisasi. Pintu penyeberangan Karem Abou Salem masih tetap tertutup.

Sementara Organisasi Internasional untuk Perdamaian dan Bantuan Kemanusiaan Libia pimpinan Dr. Khalid Al-Khuwalidi Al-Hamidie, hari Rabu lalu (04/02) berhasil memasukkan lima unit ambulans ke Jalur Gaza, sehari sebelum pintu penyeberangan Rafah ditutup total oleh Pemerintah Husni Mubarak. (Sumber: eramuslim.com/sn/alj)

Rabu, 31 Desember 2008

Suriah-Turki Peringatkan Reaksi Berbahaya atas Agresi Israel

DAMASKUS--Suriah dan Turki, Rabu, memperingatkan mengenai reaksi berbahaya atas agresi Israel yang berlanjut ke Jalur Gaza terhadap keamanan dan kestabilan di wilayah itu, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.
Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan peringatan tersebut selama satu pertemuan di ibukota Suriah, Damaskus.
Dalam pertemuan itu, mereka membahas pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan cara untuk menghentikan pertumpahan darah di kalangan rakyat Palestina, mencabut sanksi dan membuka tempat penyeberangan.
Bashar dan Erdogan menganggap "agresi Israel itu terhadap Jalur Gaza telah menghancurkan semua upaya yang dilancarkan guna mewujudkan perdamaian di wilayah itu".
Mereka menambahkan, "Tak mungkin untuk berbicara mengenai perdamaian mengingat sikap keras kepala Israel."
Mereka mendesak negara Arab untuk memikul tanggung-jawab mereka dengan cara menjamin pengiriman semua keperluan hidup dan medis buat rakyat di Jalur Gaza, terutama korban kejahatan Israel.
Mereka "menggaris-bawahi perlunya negara Arab dan Islam bertindak dan memaksa Israel segera menghentikan pembantaian yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina yang tak bersenjata", demikian antara lain isi laporan mengenai pertemuan kedua pemimpin Timur Tengah itu.
Kedua pihak juga menggaris-bawahi perlunya untuk melanjutkan kerjasama dan koordinasi antara kedua negara guna mengakhiri penderitaan rakyat Palestina dan mengirim bantuan bagi keluarga yang terkepung di Jalur Gaza.
Mereka juga menyampaikan penghargaan atas gerakan rakyat Arab, negara Islam dan dunia guna mendukung rakyat Jalur Gaza dan mengakhiri agresi keji Israel.
Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, menghadapi serangan udara gencar Israel untuk hari kelima berturut-turut Rabu.
Sejak Sabtu lalu, serangan udara gencar terhadap Jalur Gaza telah menewaskan sebanyak 400 orang Palestina dan melukai 2.000 orang lagi.
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Turki Ali Babacan mengatakan Turki secara resmi mengakhiri upaya guna mengadakan pembicaraan perdamaian antara Israel dan Suriah di tengah serangan Israel ke Jalur Gaza.
Seorang pejabat senior Suriah dilaporkan mengatakan pada Ahad bahwa Suriah telah menghentikan pembicaraan perdamaian tak langsung dengan Israel sebagai reaksi atas serangan Israel ke Jalur Gaza.
Pada Mei, Suriah dan Israel, yang secara teknis masih berada dalam kondisi perang sejak konflik pertama Arab-Israel pada 1948, memulai pembicaraan tak langsung melalui Turki, setelah perundingan langsung terhenti delapan tahun lalu sehubungan dengan masalah rumit Dataran Tinggi Golan.
Setelah empat babak perundingan, proses tersebut telah terhenti sejak Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengumumkan pada Juli ia akan meletakkan jabatan sehubungan dengan tuduhan korupsi.
Suriah menjadi persinggahan pertama kunjungan Erdogan ke empat negara Timur Tengah.
Sebelum kunjungannya, ia mengatakan kepada wartawan bahwa Turki sangat prihatin dengan perkembangan di Jalur Gaza sejak operasi keji itu dimulai pada Sabtu (27/12) dan tujuan lawatannya ialah "untuk membantu menghentikan perkembangan berbahaya itu".
Erdogan dijadwalkan mengunjungi Jordani setelah meninggalkan Suriah, dan direncanakan bertemu dengan Raja Abdullah II serta Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Erdogan kemudian akan pergi ke kota pelancongan Laut Merah Mesir, Sharm esh-Sheikh, guna mengadakan pembicaraan dengan Presiden Hosni Mubarak.
Ia juga dijadwalkan mengunjungi Arab Saudi untuk membahas perkembangan saat ini di wilayah tersebut dengan Raja Abdullah bin Abdel-Aziz. ant/fif

Hari Kelima Agresi Gaza: 400 Gugur dan 2000 Terluka

Gaza: Korban pembantaian Israel di Jalur Gaza terus bertambah. Rumah-rumah warga, masjid dan fasilitas umum menjadi target bombardemen Israel. Hingga Rabu (31/12), jumlah korban gugur mencapai 400-an syuhada dan 2000-an terluka, 300-an di antaranya dalam kondisi kritis.
Aksi pembantaian terakhir Israel mengakibatkan dua orang warga Palestina gugur saat pesawat termpur Israel membombardir wilayah timur Khan Yunis, wilayah selatan Jalur Gaza, Rabu (31/12) sore. Sumber-sumber koresponden Infopalestina menegaskan dua korban sampai ke rumah sakit Nasher dalam kondisi tercabik-cabik tubuhnya.
Pada hari yang sama dua orang dokter meninggal dunia, salah seorang diakibatkan luka yang dialaminya. Sejumlah warga kembali terluka akibat serangan udara yang dilancarkan pesawat tempur Israel di berbagi wilayah di Jalur Gaza yang menghacurkan sejumlah rumah warga.
Pada saksi mata mengatakan, dr. Muhammad Abu Hashira gugur setelah rumahnya di timur kotaGaza dibom pesawat Israel. Pesawat-pesawat termpur Israel juga membom sebuah rumah di utara Jalur Gaza dan mengakibatkan sejumlah warga terluka dan dibawah ke rumah sakit-rumah sakit di utara Jalur Gaza. Sumber medis Palestina mengatakan, dr. Ihad Madhun gugur akibat luka yang dialaminya dalam serangan udara Israel, Selasa (30/12).
Sumber-sumber Palestina menyebutkan pesawat tempur Israel membom sebuah rumah milik keluarga al Fara di Rafah beberapa kali, juga rumah lain milik keluarga Salamah di Khan Yunis. Pesawat Israel juga membom rumah petinggi Brigade Martir al Quds, sayap militer Jihad Islam, Hani Abu Sabt, di Abasan, yang terletak di timur Khan Yunis.
Di kamp pengungsi Nusairat, yang terletak di Jalur Gaza tengah, pesawat tempur Israel membom sebuah mobil. Pesawat lain membom rumah yang sudah ditinggalkan pemiliknya di kampung Tel Hawa, di barat daya kotaGaza.
Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.
Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.
Dalam konferensi pers, Ahad (28/12) malam, Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel. Dia mengatakan, “Agresi terjadi di tengah-tengah sikap diam Arab yang membunuh dan persekongkolan dunia.”
Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan unutuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan utuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.
Mengenai pengiriman korban luka melalui gerbag Rafah, Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya. Kami masih ingat meninggalnya 6 korban luka di Arisy terakhir.”
Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi mereka stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”
Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.
Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.
Naeen mengucapkan terima kasih kepada Negara-negara yang sudah membantu seperti Qatar, Arab Saudi dan Libia. Namun pihaknya kembali meminta Mesir mempermudah masuknya bantuan ini dan membuka gerbang untuk masuk tim tim medis ke Jalur Gaza. (seto)